Saturday, 7 March 2009

Di Balik Senyumku

Di balik senyumku,

Kulihat alat musik berdawai yang sangat sering kumainkan. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 1.30 pagi, mataku masih terbuka. Mataku sudah tak sanggup, tapi pikiranku memaksanya terus bekerja. Dua setengah jam berlalu, waktuku menghadap-Nya tiba. Ku ambil air sedingin es itu untuk basuh wajahku. Pagi itu, aku bercerita banyak hal pada-Nya, cerita yang hanya bisa didengar-Nya. Cerita tentang keberadaanku.

            Di balik senyumku,

            Aku sama sekali tidak berminat menuntut ilmu hari itu. Aku malas, bosan, dan yang paling penting mataku menyuruhku untuk mengatupkan kelopaknya. Memangnya ada orang yang benar-benar ingin di sini? Yang mereka lakukan setiap hari hanya bercakap-cakap dan memadu kasih. Menjijikkan. Bercakap-cakap tentang rahasia mereka. Bodoh sekali. Aku tidak ikut. Dan memang mereka tidak mengajakku. Biar saja. Kata mereka, aku tidak bisa menjaga rahasia, aku selalu mengatakannya kepada orang lain. Apa salahnya? Aku saja boleh tahu, mengapa orang lain tidak? Kalau mereka tidak ingin hal tersebut terjadi, kenapa diceritakan? How dumb they are.

            Di balik senyumku,

            Kupandang pujaan hatiku. Sang pujaan ada bersama mereka. The dumb. Aku bingung dengannya. Tapi sekarang aku tak peduli. Sang pujaan telah memuja yang lain. Mungkin aku sendiri tidak memujanya sepenuh hati. Kutulis beberapa baris lagu Journey yang merefleksikan diriku di selembar kertas yang telah ku ubah menjadi pesawat yang dapat terbang. Tiba-tiba sang Pendidik nan tulus menyapaku. Saat itu juga, tetes air mendesak keluar dari mataku. Kenapa? Aku tak tahu.

            Di balik senyumku,

            Aku merindukan mereka, mereka yang dulu selalu membuatku tertawa. Namun, saat ku bertemu mereka setelah sekian lama, mereka tlah berubah. Bidadari-bidadari yang dulu tertawa bersamaku tlah berganti menjadi The Dumb. Ku tatap mereka. Sekarang, siapa yang menemaniku? Aku pulang dengan kecewa. Terlalu kecewa. Ku ambil alat musik favoritku dan lagi-lagi ku mainkan Journey. Kini lagu itu tlah menjadi bagian hidupku. Dialah perasaanku.

            Di balik senyumku,

            Aku merasa sepi. Ku ambil pensil dan sebuah buku. Buku di mana aku bisa menumpahkan semua. Semua. Ku tulis prosa, puisi, semua yang bisa merefleksikan hatiku. Tapi itu tidak membuatku tenang. Ku kumpulkan keberanian. Aku akan curhat pada-Nya. Lagi. Kutumpahkan semua pada-Nya, bahkan air mataku tak terbendung. Meskipun tak ada jawab, aku lega. Aku tahu, Dia akan berikan yang terbaik.

            Di balik senyumku,

            Aku terus terdiam. Aku tak mau berkata apa pun. Enam jam di malam itu, kembali kuhabiskan dalam keheningan. Keheningan yang diiringi isak tangis. Tangisku. Waktuku menghadap sudah tiba. Ku basuh wajahku seperti biasa. Ketika ku mulai berhadapan dengan-Nya, aku tertegun. Aku kembali merasakan keheningan. Namun keheningan ini merasukiku, masuk, terus masuk, hingga dia menemukanku. Aku yang lain. Tidak, ini aku. Benar-benar diriku. Tapi dia begitu berbeda, dia yang adalah diriku begitu bahagia. Aku tak mengerti, inikah diriku? Kenapa diriku begitu bahagia?

            Di balik senyumku,

            Aku masih larut dalam keheningan. Air mataku kembali berjatuhan. Betapa bodohnya aku. Meski bidadari-bidadari telah pergi, aku masih memiliki malaikat-malaikat yang akan terus menemaniku. Malaikat-malaikat yang kusayangi. Keluargaku. Tersadar, malaikat yang tlah membantuku hidup memelukku. Aku menghadap terlalu lama sehingga beliau mengira aku tlah benar-benar menghadap. Aku menangis di pelukannya. Tangisan yang selama ini ingin ku keluarkan. Aku benar-benar merasa lega.

            Di balik senyumku,

            Aku tidak lagi malas menuntut ilmu. Hari itu, aku benar-benar bahagia. Dia tlah menunjukkan kebesaran-Nya padaku. Sejak saat itu, aku terus berusaha untuk tidak menangis pilu lagi. Sekarang, semua keajaiban itu telah kuabadikan dalam sebuah tulisan. Tulisan yang tidak akan bisa menuliskan kehebatah tersebut. Tulisan yang dibuat agar aku tidak lupa. Tulisan yang dibuat agar tidak ada lagi rahasia di balik senyumku.   

No comments:

Post a Comment